aku dan karya ku

aku dan karya ku
omod

Minggu, 28 Maret 2010

musik ritual nyayian bumi di Bogor

MUSIK RITUAL NYAYIAN BUMI

Itulah judul yang di usung oleh komitas Persada Etnika (Pernik), sebuah LSM Nirlaba yang bergerak di bidang seni budaya yang beranggotakan dosen seni dan guru seni budaya. Pada tanggal 4 maret kemarin Pernik mementaskan sebuah kolaborasi musik, tari dan teater dalam sebuah pementasan yang bertema masihkah anda peduli terhadap bumi ini, dalam bentuk kemasan memang pementasan ini terkesan sangat menarik, apalagi di isi oleh para pemain yang sebagian besar merupakan alumni jurusan tari dan musik STSI Bandung (Sekolah Tinggi Seni Indonesia) yaitu : Syafrul Ulum, Neno Suhartini, dan Jamal Gentayangan, dan seorang alumni ISI Yogyakarta (Institut Seni Indonesia) yaitu Sriati Dwiyatmini, dan yang lain adalah penggiat seni di bogor seperti Dudi, Coim, sultan, suci dan bang Ade. Pementasan ini berisikan beberapa koreografer tari jawa, sunda dan dayak yang terkesan sederhana di tambah dengan alunan musik yang di dominasi oleh etnik dayak yang juga bisa disebut sederhana, pemaknaan dalam pementasanpun tidak terbaca begitu jelas, hal ini diperkuat dengan komentar yang dilontarkan oleh seorang dosen IKJ (Institut Kesenian Jakarta) yang menonton pagelaran tersebut beliau berpendapat sebaiknya para pemain dalam pementasan ini harus lebih banyak latiahan, muningkin salah satu peyebab kurang menariknya pementasan ini di karnakan komposisi tari dan musik yang monoton dan bila dilihat dari judul yang memaparkan bahwa ini merupakan konser musik rasanya tidak tepat karna ternyata pementasan lebih didominasi oleh gerak tari dari pada musik. Pementasan yang di gelar sekitar 30 menit ini dihadiri oleh banyak seniman bogor dan Pejabat kota bogor malah kepala Disbudpar juga terlihat hadir dalam pementasan ini.
Namun diluar semua itu merupakan satu kebanggan di tengah sepinya dunia kesenian kota bogor, komunitas Pernik memberikan sedikit warna berbeda di dunia kesenian kota bogor ini. pada dasarnya seni terus berkembang dan berubah hingga hasilnya sebuah karya seni selalu memiliki keragaman dalam bentuknya, di era modern ini seniman harus pintar menyesuaikan situasi dan kondisi sebagai bahan dari karya seninya, setidaknya itulah yang harus menjadi dasar dari Pernik untuk penciptaan karya seni selanjutnya, apalagi bila didukung oleh kaum birokrat, rasanya kesenian akan lebih berkembang, bukan hanya janji-janji untuk mendukung kesenian yang tidak pernah terealisasi, namun i tulah tantangan untuk para seniman untuk terus berkarya. (Ad)

pementasan drama basa sunda oleh teater CERMIN

Pementasan Drama Basa Sunda Oleh Tater Cermin SMAN 1 Cicurug Sukabumi

Pementasan Drama Bahasa Sunda oleh Teater Cermin SMAN 1 Cicurug Sukabumi dengan menyuguhkan Naskah “CUKANG” karya Dadan Sutisna dan Di sutradarai oleh Achmad Dayari, pementasan ini di pertunjukan 2 kali, pertama di pertunjukan di gedung SMAN 1 Cicurug sebagai gladi resik pada hari Jumat 19 Maret 2010, dan kedua pada FESTIVAL DRAMA BASA SUNDA XI Teater Sunda Kiwari di Gedung Kesenian Rumentang Siang Bandung, pada hari Sabtu, 20 Maret 2010.
Festival Drama Basa Sunda (FDBS) XI Teater Sunda Kiwari kembali digelar pada 2 s.d 23 Maret 2010 Di Gedung Kesenian Rumentang Siang, Bandung. Perhelatan dua tahunan ini sudah memasuki penyelengaraan kesebelasnya atau sudah hampir 22 tahun digelar. Ini merupakan bentuk eksistensi Teater sunda kiwari sebagai panitia terhadap kesenian, khususnya teater. FDBS memang selalu menyedot perhatian khalyak ramai khususnya orang-orang yang berkecimpung di dunia seni peran, karna mungkin ini satu-satunya festival drama modren yang naskahnya semua mengunakan bahasa sunda, FDBS sering kali dipadati peserta, bisa dilihat di tahun 2008 pada FDBS X peserta mencapai 75 Grup, hal ini membuat MURI (musium rekor Indonesia) memberikan penghargaan kepada Teater Sunda Kiwari sebagai penyelenggara festival teater berpeserta terbanyak. Di tahun 2010 ini pada FDBS XI peserta kembali membeludak dengan jumlah peserta sebanyak 79 grup dari seluruh Jawa Barat dan ditambah dengan 1 peserta dari D.I Yogyakarta. Peserta FDBS berasal dari kalangan komunitas umum, Mahasiswa, pelajar SD, SMP, SMA, dan ada juga tunanetra, yang penilaian perlombaannya disetarakan. Seperti Teater Cermin SMAN 1 Cicurug Sukabumi yang juga mengikuti gelaran FDBS XI, Teater Cermin mementaskan Naskah ” Cukang” Karya Dadan Sutisna dan di Sutradarai oleh Achmad Dayari yang di garap denga apik memandukan musik gamelan dan juga sentuhan tari –tarian sunda, naskah yang menceritakan tentang kebingungan manusia ketika menghadapi kematian karna daerahnya tersapu oleh banjir besar dan kelompok manusia itu harus menyebrangi Cukang (jembatan) yang melintasi kawah panas, walupun jembatan itu belum tentu bisa menyelematkan mereka dari kematian.
Ini adalah kali kedua teater cermin mengikuti FDBS setelah tahun pertama yaitu pada tahun 2008 dengan mementaskan naskah “RORONGGO” karya Arma Junaedi , dan berhasil memperoleh Nominator 5 besar Musik terbaik dan Nominator 5 besar Actris terbaik. Suatu kebanggan hal yang dilakukan oleh para pelajar SMAN 1 Cicurug Sukabumi ini, karna dipesatnya kemajuan teknologi dan moderenisasi yang mengakibatkan minimnya minat para remaja untuk berkomunikasi dengan menggunakan bahasa sunda apalagi mengembangkan seni budaya sunda, teater cermin terus berusaha mengembangkan dan menjaga bahasa serta seni budaya sunda. Dengan salah satu caranya mengikuti FDBS ini.
Melihat antusias masyarakat terhadap FDBS rasanya merupakan kebanggan tersendiri, apalagi sebagai orang sunda memang patut berbangga, karna lewat FDBS sudah pasti seni budaya dan bahasa sunda senantiasa terjaga dan selalu berkembang, yang menjadi lebih menarik dari FDBS adalah pementasan para peserta yang selalu memukau, dan memperlihatkan tingkat kreativitas yang tinggi, walaupun FDBS didasari oleh naskah berbahasa sunda namun bentuk penyajiannya adalah adaptasi dari teater barat, sehingga memberikan efek yang memukau dan menarik,seperti naskah-naskah yang dipentaskan di FDBS yang merupakan hasil dari pasanggiri naskah (Festival mengarang naskah drama bahasa sunda) yang selalu dilaksanakan sebelum FDBS digelar seperti naskah yang dipentaskan tahun ini diantaranya :”Meredong” hasil saduran dari naskah “Ke” karya Yudistira ANM massardi saduran bebas loeh Rosyd E Abby, “Cukang” karya Dadan Sutisna, “Sadrah” , karya Artur S nalan, “kembang gadung” karya Dipa Galuh Purba, “Bandera, Bandera, Bandera”, dan “Genjlong karaton”. Dilihat dari naskanya dan pengarangnya sudah pasti naskah yang difestivalkan adalah naskah-naskah yang berbobot dan memiliki kesulitan tersendiri.

Mari Berteriak


ShoutMix chat widget